Total Tayangan Halaman

Selasa, 07 Juli 2020

PNS (Part 3 - Tamat)




“Hei Burhan, keluar kau ! sudah satu bulan ini kau mangkir. Belum pernah kau tampakkan lagi batang hidungmu ke tempat ku. Bayar hutangmu segera!! Kalau tidak, akan kusuruh tukang pukulku ini untuk menghajarmu, ibu dan adik-adikmu. KELUARRR!!!”
Suara menggelegar pak Hendra memecah keheningan pagi itu. Ia datang bersama dua orang tukang pukulnya yang berbadan besar yang telah dengan sigap memegang kayu balok panjang seukuran sepenggalan tangan. Tetanggaku mulai muncul satu persatu didepan rumah mereka karena suara besar pak Hendra. Penasaran.
Aku mengintip dibalik gorden. Ibuku juga berdiri disampingku bersembunyi.
“Aduh nakkk…. Apa yang sudah kau lakukan?? Benar kau berhutang pada pak Hendra? Untuk apa nak? Mengapa kau tidak memberitahu ibu kalau kau butuh uang? “ tanya ibu sambil menangis ketakutan di sampingku.
“sssttt… tenanglah bu. Ibu diam disini.Burhan keluar dulu ya bu. Sebentar saja” pamitku menegarkan diri walau sebenarnya nyaliku ciut demi melihat tukang pukul yang sangar itu.
Pak Hendra kembali menampakkan wajah busuknya ketika melihat aku keluar. Sepertinya ia pelit untuk memberikan senyuman. Berbeda saat aku datang meminjam. Ia menyambutku dengan ramah dan penuh senyuman.
“ Bagus.. akhirnya kau keluar juga. Kau tahu hari ini jatuh tempo sebulan untuk hutangmu. Tapi aku datang kemari hanya untuk menagih bunga pinjaman tersebut. Hari ini kau harus membayar Rp5,5 juta rupiah. Ingat ! itu hanya bunga. Belum pokoknya!”
“Maaf pak Hendra. Saya belum punya uang hari ini. Bahkan mungkin sampai bulan depan. Saya masih mencari kerja untuk membayar hutang bapak” jawabku bergetar pelan
“ APA!!! Kau kan dulu bilang bahwa kau sanggup membayar setelah kau lulus PNS. Memangnya kau tidak lulus PNS? Hahahahaha…. Kasihan sekali kau Burhan. Susah-susah kau meminjam uang untuk menyogok demi lulus PNS ehhh nyatanya kau tidak lulus juga. Hahahahaha…. Tapi aku tidak peduli. Mau lulus kek, mau tidak lulus kek, yang penting hari ini batas pembayaran bunga pinjamanmu sesuai dengan perjanjian yang sudah kau tandatangani. Titik !!!” Suara Pak Hendra yang mencemoohku menggelegar. Sepertinya nampak disengaja agar didengar semua orang. Aku seolah dapat melihat raut wajah terkejut ibuku dibalik gorden itu demi mendengar perkataan pak Hendra.
Tak sadar, tetangga-tetangga mulai berkerumun , berbisik satu sama lain. Aku seolah mendengar bisik-bisik mereka. Ada yang mencemoohku karena mencoba curang demi lulus PNS. Ada yang mengataiku sudah terkena karma dan laknat Tuhan karena mencoba menyuap panitia karenanya tidak lulus. Tapi tidak sedikit pula yang kasihan dan menyayangkan sikapku yang berani meminjam uang kepada rentenir seperti pak Hendra.
“Saya mohon pak Hendra mau memberikan saya kesempatan. Bulan depan saya akan membayarnya pak. Saya janji” Aku mencoba membujuk walau dengan suara tergetar.
“Halah.. mau dapat uang dari mana kamu!?? .Hm.. ..baiklah. Saya beri kamu kesempatan . Tapi ingat, yang harus kamu bayar bulan depan adalah 2 kali lipat dari Bunga pinjaman plus denda keterlambatan pinjaman sebesar 2 % perhari terhitung mlai hari ini. Kalau bulan depan kau mangkir lagi, aku akan merontokkan gigi dan menghancurkan wajahmu serta aku sita rumah ini . Mengerti !!”. teriak Pak Hendra dengan wajah bengisnya mengancam.
“Baik pak. Saya janji” Jawabku mencoba meyakinkan.
Entah meyakinkan diri sendiri atau meyakinkan pak Hendra . aku sudah tak peduli. Yang penting hari itu aku lolos dari gebukan dua tukang pukulnya. Bersamaan dengan perkataanku , pak Hendra berbalik pergi meninggalkan aku yang termangu.
******
Aku berjinjit melangkahkan kaki keluar dari rumah. Takut suara langkahku akan didengar ibu. Cukup sudah aku membuat ibuku sedih dan menangis tadi pagi. Aku sudah tidak ingin melihat wajah sedih dan kecewanya lagi. Kecewa karena aku anaknya mau melakukan tindakan curang demi lulus PNS dan akhirnya menjerumuskan keluarga dalam hutang yang besar pada rentenir. Kugenggam erat-erat tali Nylon besar ditangan kananku serta bangku kecil di tangan kiriku. Aku sudah bertekad malam ini. Selembar surat penyelesalan sudah ku selipkan dibalik bantalku. Aku memutuskan pergi.
Aku terus berjalan ke depan rumah sampai pada sebuah pohon mangga bercabang rendah. Kulemparkankan tali nylon tersebut lalu kubuat simpul yang kuat. kusimpan kursi kecil dibawahnya. Lalu dengan segera kuberdiri diatas kursi kecil tersebut, dan mengalungkan tali nylon bersimpul itu di batang leherku. Sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling sebagai pandangan terakhirku pada dunia lalu dalam hitungan detik kusingkirkan bangku tersebut dengan ujung kaki. Kurasakan tali nylon itu mulai mencekik kuat leherku, rasa panas merambat dari ujung kaki hingga kepala. Aku mulai megap-megap mencari udara. Kakiku bergerak-gerak kencang seolah mencari pijakan. Tangankupun kuat memegang tali nylon tersebut mencoba melonggarkan. Namun aku sadar itu hal yang percuma. Lidahku mulai menjulur mencari udara. Sakit yang kurasa hingga membuat air kencingku keluar. Aku tidak tahu kalau tercekik itu akan sesakit ini. tiba-tiba akal sehatku muncul.. aku tidak boleh mati !!.. gerakan kaki dan badanku makin cepat. aku berharap menemukan pijakan namun tak ada. Terlambat sudah... aku tak dapat melonggarkan tali dileherku. Akhirnya aku menyerah karena sakit ini sudah tak tertahankan lagi. Pikiranku yang terakhir adalah aku berharap dengan langkahku ini ibuku bisa terbebas dari rasa malu dari sikapku dan terbebas dari hutangku. Hanya ini satu-satunya jalan dan airmata penyesalanku menetes. Kemudian pandangan mataku gelap bersama dengan suara terakhir yang keluar dari mulutku "aarrrkkkhhhhh.."
******
Malam itu, Pak Sutomo tertawa senang bersama pak Hendra. Dia diberikan amplop coklat berisi Rp20 Juta. Upahnya karena berhasil mendapatkan kembali uang Rp55 Juta yang dipinjam pemuda bodoh bernama Burhan . Hanya dengan sedikit tipuan kecil, berdiri didepan rumah pak Wisnu, pemuda itu percaya saja kalau ia adalah teman pak Wisnu. Lalu dengan lugunya memberikan uang tersebut demi lulus PNS. Hah betapa bodohnya, pikirnya lagi. Sambil bersulang bir ditangan, kedua orang tersebut tertawa terbahak-bahak karena mereka telah berhasil mendapatkan sapi perah lagi. Dan kali ini mereka yakin dalam waktu yang lama.
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar